Tuesday, October 09, 2007

THE UNEXPECTED…

Sometimes, we got something out of nowhere...

Sometimes, something good came unexpectedly…



Aku penikmat musik, salah satunya musik klasik. Sudah beberapa kali aku mendatangi konser paduan suara atau orkestra, tentunya jika ada embel-embel harga mahasiswa... hehehe... Maklumlah, harga tiket konser seperti ini membuatku harus merogoh kocek cukup dalam jika tanpa embel-embel tersebut. Maka, sungguh kagetlah aku karena pada suatu hari seorang Tante yang tidak kukenal tiba-tiba menawarkan tiket VVIP untuk suatu konser orkestra di Balai Sarbini.


Aku bertemu Tante itu di sebuah pusat perbelanjaan sepulang kuliah. Kami sama-sama sedang mengantri di kasir. Ia berada persis di depanku dan tengah membaca brosur. Sekilas aku membaca nama salah satu orkestra favoritku di sana. Karena penasaran, kuberanikan diri bertanya pada si Tante apakah aku boleh melihat sejenak brosur tersebut. Ternyata si Tante baik hati itu baru saja mendapatkan beberapa tiket konser secara gratis karena ikut menjadi salah satu penyandang dana. Mengetahui besarnya minatku akan konser tersebut, ia pun memberikan salah satu tiketnya padaku. Tante baik hati itu kebetulan berhalangan untuk hadir malam itu. What a fortunate coincidence!


Gilaaa!!! Nonton konser orkestra favoritku di Balai Sarbini dan di kursi VVIP merupakan pengalaman luar biasa untukku. Bayangkan saja jika aku harus membayar tiket tersebut, mungkin ludes sudah tabungan hasil ‘ngamen’ berbulan-bulan. Jadilah malam itu aku super excited. Tiba-tiba saja aku merasa harus tampil prima untuk nonton konser kali ini. Lama aku mematut diri di kaca untuk memilih baju apa yang akan kupakai ke konser. Tiba-tiba terdengar suara pembantuku, “Mba.. dah jam tujuh. Taksinya dah nunggu tuh.” Astaga! Segera aku meraih tasku dan menuju taksi.


Sepanjang jalan aku berdoa agar supir taksinya mengemudi agak cepat agar aku tidak terlambat. Akhirnya, taksi yang kunaiki berhenti di depan Sarbini tepat pk19.30. Aku sudah mulai cemas. Tak nampak ada antrian pengunjung... bahkan pelataran depan Sarbini sudah lengang. Dalam hati aku memaki diriku, “Duh.. pasti konsernya sudah mulai. Dasar narsis. Gini deh jadinya...” Cepat-cepat kubayar ongkos taksi dan turun tanpa menunggu kembalian.


Aku berlari menaiki tangga dan tiba-tiba, “Auw!” (gubrak!) Aku pun terjatuh. Ternyata aku menabrak seorang pria yang juga tergopoh-gopoh hendak memasuki gedung.

“Maaf..” kata pria itu. “Kamu ga apa-apa?” sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

“Iya.. aduh.. ga apa-apa. Maaf ya.. Saya yang ga liat”. Aku pun mendongak, mencoba melihat wajah pria yang kutabrak.

“Re??!” kata pria itu.


Ya Tuhan... jantungku seperti berhenti berdetak sesaat. Pria di depanku adalah AJ. Pria yang sudah beberapa bulan ini memenuhi benakku... yang sudah lama ingin kutemui... dia sekarang berdiri di depanku. Nampak seperti adegan sinetron pertemuan kami malam itu, tapi ini benar terjadi.


“Kok kamu di sini, Re?!? Mau nonton juga ya?”

“Eh.. i.. iya..”, jawabku dengan gugup. Ya ampun.. seperti orang bodoh saja aku. AJ masih menggenggam tanganku dan rasanya pipiku memerah. Segera saja kutarik tanganku dan hendak bergegas masuk ke dalam gedung.

“Duh.. maaf.. telat nih aku. Masuk dulu yaa.. “

“Eh, bareng aja. Aku juga mau masuk kok. Lagian udah telat juga. Paling kita musti nunggu satu lagu”.


Aduuuhhhh!!! Jeritku dalam hati. Gawat! Aku deg-degan setengah mati.
Apa dia ga tau kalo beberapa bulan ini ga mudah buatku untuk melupakannya? Entah kenapa tiba-tiba lidahku kelu tak bisa berkata-kata. Segera aku berjalan memasuki gedung. Tanpa menengok lagi padanya, kuserahkan tiket kepada penjaga pintu.


“8 A ya Mba.. naik tangga yang sebelah kiri” Perempuan cantik itu mengembalikan tiketku dan mengambil tiket dari tangan AJ. “17 H ya Mas.. masuk dari tangga kanan aja. Lebih dekat”.


Diam-diam aku menghela nafas. Bukannya aku ga senang bertemu AJ, tapi apa yang harus kukatakan padanya? Bagaimana kalo dia tau bahwa aku masih memendam perasaan padanya? Makanya aku bersyukur saat tau kami duduk berjauhan. Tapi AJ nampak kecewa.
“Kamu di tengah ya?” Wajahnya nampak sedikit masam, lalu ia menambahkan,
“Wah.. VVIP nih.. Tumben... Sejak kapan yang ngaku mahasiswa kok beli tiket VVIP? Hayoo.. baru dapet proyek ya?” AJ menggodaku sambil tertawa.


Damn! Senyum itu... aaargghhh... entah mengapa 1 lagu Strauss yang berdurasi 4 menit itu terasa lama saat AJ berada hanya beberapa senti di depanku dan menatapku lekat-lekat. Tiba-tiba ia nampak semenarik dulu... tiba-tiba aku merasa susah bernafas... Aaaarghhh... Kutarik nafas dan kuberanikan diri menjawabnya smabil berbohong, “Iya dong.. kan ga cuma kamu aja yang bisa dapet proyek gede.. hehehe...”


Uups! Kok bisa-bisanya aku menyebutnya dengan “kamu” lagi. Kami kan sudah tidak ada apa-apa. Hmmm... tiba-tiba pusing kepalaku. Kami memang tak pernah ada apa-apa. Yaa... paling tidak, ga resmi. Kenapa aku jadi salah tingkah begini?!?


“Naik dulu yaa...” Aku bergegas menaiki tangga dan meninggalkan AJ di depan perempuan penjaga pintu yang menatapku kebingungan. Mungkin dipikirnya aku sangat tidak sopan meninggalkan teman begitu saja tanpa ba-bi-bu.


Aku ga peduli! Malam ini aku mau nonton konser. Biar saja kusimpan dulu segala pikiran yang mulai berkecamuk lagi di kepalaku tentang aku, AJ, dan hubungan kami. Itu terlalu rumit untuk malam ini. Kuhela nafas panjang dan kupejamkan mataku sejenak... berusaha mengusir kegalauan yang tiba-tiba muncul. Sesaat kemudian, aku pun mulai berdoa semoga tak ada lagi kejutan hari ini. Bukannya aku tak bersyukur atas berkatNya, tapi rasanya sudah cukup kejutan untuk hari ini.


Sometimes, that something good turn out to be not that good after all…

Now that I met him again, that feeling re-emerges…

Now I can’t escape the fact that I’m still in love with him…

1 comment:

Anonymous said...

Halow Re.
Iseng-iseng mampir ni..
Jie AJ.
ahahaha
*kayak kenal ajah*