Friday, October 12, 2007

SELAMAT IDUL FITRI

bagi semua yang merayakannya... dan semoga amal ibadah puasanya diterima dan senantiasa diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa...

selamat menikmati Jakarta yang lengang buat yang ga mudik.. dan selamat menjalani pekerjaan baru, yaitu menjadi "PRT" sementara yang beneran mudik.. hehehe...

Thursday, October 11, 2007

Maaf

Suasana menjelang hari raya biasanya memang terasa ramai, sekaligus khusyuk. Ramai karena orang-orang entah mengapa begitu sibuk berbelanja, berseliweran ke sana kemari. Di bulan2 ini misalnya banyak sekali pasar kaget yang tiba-tiba bermunculan di mana-mana dan semuanya PENUH SESAK!! buseeettt... kalo khusyuknya tau dong... kan pasti orang-orang jadi lebih sering beribadah, kan?!?

hmm.. ini fenomena yang menarik sebenernya. Karena hal-hal ini seolah seperti ritual yang selalu dilakukan menjelang hari raya. hal-hal yang overt yang seringkali bukanlah esensi dari perayaan tersebut. Apa bener ini semua muncul dari hati atau cuma basa-basi?

kalo ingat perjalananku kemarin dari Fatmawati menuju Pancoran, rasanya aku akan bilang bahwa sikap santun dan khusyuk di masa menyambut hari raya cuma TOPENG belaka. hmm...
Sepanjang jalan kami berkali-kali terhenyak dan menahan nafas. Kadang seolah kena serangan jantung atau tiba-tiba menghentikan obrolan karena kesmrawutan yang tiba-tiba terjadi di sekitar kami. Orang-orang main sikat aja jalan orang. ga cuma angkutan umum atau motor, tapi juga pengendara mobil pribadi. Semua terburu-buru mengejar buka puasa dan kemudian bertingkah seenaknya sendiri tanpa menghiraukan aturan. ga ada tenggang rasa, empati, boro-boro lagi taat peraturan. Beberapa kendaraan bahkan santai saja masuk jalur busway meski seorang polisi berdiri dekat situ. Hmm... jangan-jangan pak polisi juga dah pasrah atau maklum dengan keadaan Jakarta?!? Sesekali ia memang nampak menggerakan tangannya untuk menyuruh suatu sisi lalu lintas untuk terus maju atau berhenti, tapi nampaknya ia melakukan dengan enggan...ya... layaknya pegawai yang takut ketangkap basah tak bekerja. bisa ga naik pangkat kalo tiba-tiba atasannya lewat. Atau mungkin atasannya pun maklum dan mau menerima dengan ucapan, "Maaf lahir batin ya Pak.."

Kata "maaf" memang menunjukkan suatu penyesalan atas kekeliruan atau kesalahan yang kita lakukan di masa lalu. Masalahnya adalah budaya "maaf" yang begitu mudah diucapkan di Indonesia membuat seolah kata itu tak berarti. hanya sekedar basa-basi dan ga lagi mengandung penyesalan... apalagi keinginan untuk berubah dan memperbaiki diri.

pantas saja koruptor hidup subur di negara ini. semua bisa beres dengan sekedar "maaf", mengembalikan uang atau banyak2 nyumbang tempat ibadah, trus korupsi lagi deh. hehehehe... Paling-paling kalo ada yang protes tinggal bilang, "maaf ya kemaren Anda ga dapet bagian.." itupun karena yang protes bukan mau menegakkan kebenaran tapi mau cari duit juga.

ya begitulah fenomena "maaf" di negara kita... sekedar basa-basi, sopan santun dan penyelamat dari hukuman. Kata sakti ini memang bisa meluluhkan hati beberapa orang dengan sangat mudahnya. Hanya sebuah ungkapan penyesalan tanpa itikad baik untuk memperbaiki diri. yaaa.. begitulah.. ironis kan?!? yaa.. mau apa lagi?!?! Maaf deh kalo gitu:)


Tuesday, October 09, 2007

Sopran Infinito Singers

THE UNEXPECTED…

Sometimes, we got something out of nowhere...

Sometimes, something good came unexpectedly…



Aku penikmat musik, salah satunya musik klasik. Sudah beberapa kali aku mendatangi konser paduan suara atau orkestra, tentunya jika ada embel-embel harga mahasiswa... hehehe... Maklumlah, harga tiket konser seperti ini membuatku harus merogoh kocek cukup dalam jika tanpa embel-embel tersebut. Maka, sungguh kagetlah aku karena pada suatu hari seorang Tante yang tidak kukenal tiba-tiba menawarkan tiket VVIP untuk suatu konser orkestra di Balai Sarbini.


Aku bertemu Tante itu di sebuah pusat perbelanjaan sepulang kuliah. Kami sama-sama sedang mengantri di kasir. Ia berada persis di depanku dan tengah membaca brosur. Sekilas aku membaca nama salah satu orkestra favoritku di sana. Karena penasaran, kuberanikan diri bertanya pada si Tante apakah aku boleh melihat sejenak brosur tersebut. Ternyata si Tante baik hati itu baru saja mendapatkan beberapa tiket konser secara gratis karena ikut menjadi salah satu penyandang dana. Mengetahui besarnya minatku akan konser tersebut, ia pun memberikan salah satu tiketnya padaku. Tante baik hati itu kebetulan berhalangan untuk hadir malam itu. What a fortunate coincidence!


Gilaaa!!! Nonton konser orkestra favoritku di Balai Sarbini dan di kursi VVIP merupakan pengalaman luar biasa untukku. Bayangkan saja jika aku harus membayar tiket tersebut, mungkin ludes sudah tabungan hasil ‘ngamen’ berbulan-bulan. Jadilah malam itu aku super excited. Tiba-tiba saja aku merasa harus tampil prima untuk nonton konser kali ini. Lama aku mematut diri di kaca untuk memilih baju apa yang akan kupakai ke konser. Tiba-tiba terdengar suara pembantuku, “Mba.. dah jam tujuh. Taksinya dah nunggu tuh.” Astaga! Segera aku meraih tasku dan menuju taksi.


Sepanjang jalan aku berdoa agar supir taksinya mengemudi agak cepat agar aku tidak terlambat. Akhirnya, taksi yang kunaiki berhenti di depan Sarbini tepat pk19.30. Aku sudah mulai cemas. Tak nampak ada antrian pengunjung... bahkan pelataran depan Sarbini sudah lengang. Dalam hati aku memaki diriku, “Duh.. pasti konsernya sudah mulai. Dasar narsis. Gini deh jadinya...” Cepat-cepat kubayar ongkos taksi dan turun tanpa menunggu kembalian.


Aku berlari menaiki tangga dan tiba-tiba, “Auw!” (gubrak!) Aku pun terjatuh. Ternyata aku menabrak seorang pria yang juga tergopoh-gopoh hendak memasuki gedung.

“Maaf..” kata pria itu. “Kamu ga apa-apa?” sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

“Iya.. aduh.. ga apa-apa. Maaf ya.. Saya yang ga liat”. Aku pun mendongak, mencoba melihat wajah pria yang kutabrak.

“Re??!” kata pria itu.


Ya Tuhan... jantungku seperti berhenti berdetak sesaat. Pria di depanku adalah AJ. Pria yang sudah beberapa bulan ini memenuhi benakku... yang sudah lama ingin kutemui... dia sekarang berdiri di depanku. Nampak seperti adegan sinetron pertemuan kami malam itu, tapi ini benar terjadi.


“Kok kamu di sini, Re?!? Mau nonton juga ya?”

“Eh.. i.. iya..”, jawabku dengan gugup. Ya ampun.. seperti orang bodoh saja aku. AJ masih menggenggam tanganku dan rasanya pipiku memerah. Segera saja kutarik tanganku dan hendak bergegas masuk ke dalam gedung.

“Duh.. maaf.. telat nih aku. Masuk dulu yaa.. “

“Eh, bareng aja. Aku juga mau masuk kok. Lagian udah telat juga. Paling kita musti nunggu satu lagu”.


Aduuuhhhh!!! Jeritku dalam hati. Gawat! Aku deg-degan setengah mati.
Apa dia ga tau kalo beberapa bulan ini ga mudah buatku untuk melupakannya? Entah kenapa tiba-tiba lidahku kelu tak bisa berkata-kata. Segera aku berjalan memasuki gedung. Tanpa menengok lagi padanya, kuserahkan tiket kepada penjaga pintu.


“8 A ya Mba.. naik tangga yang sebelah kiri” Perempuan cantik itu mengembalikan tiketku dan mengambil tiket dari tangan AJ. “17 H ya Mas.. masuk dari tangga kanan aja. Lebih dekat”.


Diam-diam aku menghela nafas. Bukannya aku ga senang bertemu AJ, tapi apa yang harus kukatakan padanya? Bagaimana kalo dia tau bahwa aku masih memendam perasaan padanya? Makanya aku bersyukur saat tau kami duduk berjauhan. Tapi AJ nampak kecewa.
“Kamu di tengah ya?” Wajahnya nampak sedikit masam, lalu ia menambahkan,
“Wah.. VVIP nih.. Tumben... Sejak kapan yang ngaku mahasiswa kok beli tiket VVIP? Hayoo.. baru dapet proyek ya?” AJ menggodaku sambil tertawa.


Damn! Senyum itu... aaargghhh... entah mengapa 1 lagu Strauss yang berdurasi 4 menit itu terasa lama saat AJ berada hanya beberapa senti di depanku dan menatapku lekat-lekat. Tiba-tiba ia nampak semenarik dulu... tiba-tiba aku merasa susah bernafas... Aaaarghhh... Kutarik nafas dan kuberanikan diri menjawabnya smabil berbohong, “Iya dong.. kan ga cuma kamu aja yang bisa dapet proyek gede.. hehehe...”


Uups! Kok bisa-bisanya aku menyebutnya dengan “kamu” lagi. Kami kan sudah tidak ada apa-apa. Hmmm... tiba-tiba pusing kepalaku. Kami memang tak pernah ada apa-apa. Yaa... paling tidak, ga resmi. Kenapa aku jadi salah tingkah begini?!?


“Naik dulu yaa...” Aku bergegas menaiki tangga dan meninggalkan AJ di depan perempuan penjaga pintu yang menatapku kebingungan. Mungkin dipikirnya aku sangat tidak sopan meninggalkan teman begitu saja tanpa ba-bi-bu.


Aku ga peduli! Malam ini aku mau nonton konser. Biar saja kusimpan dulu segala pikiran yang mulai berkecamuk lagi di kepalaku tentang aku, AJ, dan hubungan kami. Itu terlalu rumit untuk malam ini. Kuhela nafas panjang dan kupejamkan mataku sejenak... berusaha mengusir kegalauan yang tiba-tiba muncul. Sesaat kemudian, aku pun mulai berdoa semoga tak ada lagi kejutan hari ini. Bukannya aku tak bersyukur atas berkatNya, tapi rasanya sudah cukup kejutan untuk hari ini.


Sometimes, that something good turn out to be not that good after all…

Now that I met him again, that feeling re-emerges…

Now I can’t escape the fact that I’m still in love with him…

If only...

Sering kudengar kalo hal-hal yang ambigu atau tidak terselesaikan pasti makin membekas dalam ingatan dan hati seseorang. Tapi, tak pernah kubayangkan akan begini mengganggu rasanya. It's really getting under my skin!


Beberapa bulan yang lalu aku memutuskan untuk menghentikan suatu hubungan tak berstatus dengan pria yang berbeda agama denganku. Ga pake omong-omong.. ga pake basa-basi. aku memutuskan menghilang aja dari hidupnya. Abis setiap kali diomongin, eh.. setiap kali juga kami akhirnya balik lagi bersama. Kupikir dengan begini dia akan marah dan memutuskan untuk ga lagi menghubungiku.

Keinginan kedua emang terwujud. Dia ga lagi menghubungiku. Tapi ambiguitas yang kuciptakan sendiri sekarang malah membuat aku gelisah ga karuan. Cemas memikirkan reaksinya... penasaran.. kesel kok dia ga merespon dan .... aaaargggghhhh... macem2 deh.
Belum lagi ada rasa kangen yang belum juga teratasi. Duh.. duh... duh.. kok jadi makin ruwet yaa??!!! Aku bahkan ga tau lagi apa aku masih sayang, penasaran, benci, atau apalah perasaanku padanya... aku bener-bener bingung!!!

Kalau saja aku ga gegabah mengambil keputusan.. ah... bukan itu.. bukan itu yang kuinginkan. Kalo aku boleh berandai-andai... hmmm...

Andai saja kami ga berbeda keyakinan...
Andai saja aku lebih berani berjuang...
Andai saja dia juga lebih tegas memilih..
Andai saja aku bisa memutar waktu... kembali ke saat-saat kami masih bersama... bahagia...

Andai... andai... dan andai...

Akhirnya..

Setelah lama mengelak dan menyanggah manfaat blog, akhirnya sampai juga aku di sini. Membuat blog-ku sendiri atas dasar bujuk rayu temanku Mba'Dingin'..

hahaha... what a rasionalization.. tentunya sebagian besar kalian yang membacanya tau ini hanya pembenaranku saja atas dorongan maha dahsyat yang sudah tak tertahan lagi untuk menumpahkan isi pikiranku. Yaa... mungkin paling engga kepalaku bisa sedikit bernafas lega (padahal kan kepala ga bernafas?!?)

Dulu, isi kepalaku seringkali tumpah ruah pada seseorang... seseorang yang berjasa besar membuatku mencoba mengerti dan mngesampingkan egoku sejenak dan menelaah pikiran-pikiranku. Hmmm... seiring berjalannya waktu, kesibukan kami akhirnya menghentikan aktivitas tersebut.

Setelah sekian kali berganti partner diskusi dan juga tagihan telepon yang terasa semakin mencekik setiap bulan, akhirnya kuberanikan diri membuat blog ini. Tentunya dengan bantuan Mba 'Dingin' yang pasti akan senantiasa kurepoti dengan, "duh, kok ga bisa kebuka ya?... ganti skin-nya gimana? kok ga bisa post-in foto?!?.. de-el-el.."
Semoga aja si Mba tetep sabar dan mau melayani permintaan-permintaanku.

Jadi, selamat membaca post-in-ku berikutnya...
Semoga diantara ketidakpentingan atau kerumitan bahasa lisan yang mencoba menggambarkan isi pikiranku dapat memberi insight buat para pembacanya..

Ditunggu pula komennya biar memberi pencerahan buatku...