Thursday, October 11, 2007

Maaf

Suasana menjelang hari raya biasanya memang terasa ramai, sekaligus khusyuk. Ramai karena orang-orang entah mengapa begitu sibuk berbelanja, berseliweran ke sana kemari. Di bulan2 ini misalnya banyak sekali pasar kaget yang tiba-tiba bermunculan di mana-mana dan semuanya PENUH SESAK!! buseeettt... kalo khusyuknya tau dong... kan pasti orang-orang jadi lebih sering beribadah, kan?!?

hmm.. ini fenomena yang menarik sebenernya. Karena hal-hal ini seolah seperti ritual yang selalu dilakukan menjelang hari raya. hal-hal yang overt yang seringkali bukanlah esensi dari perayaan tersebut. Apa bener ini semua muncul dari hati atau cuma basa-basi?

kalo ingat perjalananku kemarin dari Fatmawati menuju Pancoran, rasanya aku akan bilang bahwa sikap santun dan khusyuk di masa menyambut hari raya cuma TOPENG belaka. hmm...
Sepanjang jalan kami berkali-kali terhenyak dan menahan nafas. Kadang seolah kena serangan jantung atau tiba-tiba menghentikan obrolan karena kesmrawutan yang tiba-tiba terjadi di sekitar kami. Orang-orang main sikat aja jalan orang. ga cuma angkutan umum atau motor, tapi juga pengendara mobil pribadi. Semua terburu-buru mengejar buka puasa dan kemudian bertingkah seenaknya sendiri tanpa menghiraukan aturan. ga ada tenggang rasa, empati, boro-boro lagi taat peraturan. Beberapa kendaraan bahkan santai saja masuk jalur busway meski seorang polisi berdiri dekat situ. Hmm... jangan-jangan pak polisi juga dah pasrah atau maklum dengan keadaan Jakarta?!? Sesekali ia memang nampak menggerakan tangannya untuk menyuruh suatu sisi lalu lintas untuk terus maju atau berhenti, tapi nampaknya ia melakukan dengan enggan...ya... layaknya pegawai yang takut ketangkap basah tak bekerja. bisa ga naik pangkat kalo tiba-tiba atasannya lewat. Atau mungkin atasannya pun maklum dan mau menerima dengan ucapan, "Maaf lahir batin ya Pak.."

Kata "maaf" memang menunjukkan suatu penyesalan atas kekeliruan atau kesalahan yang kita lakukan di masa lalu. Masalahnya adalah budaya "maaf" yang begitu mudah diucapkan di Indonesia membuat seolah kata itu tak berarti. hanya sekedar basa-basi dan ga lagi mengandung penyesalan... apalagi keinginan untuk berubah dan memperbaiki diri.

pantas saja koruptor hidup subur di negara ini. semua bisa beres dengan sekedar "maaf", mengembalikan uang atau banyak2 nyumbang tempat ibadah, trus korupsi lagi deh. hehehehe... Paling-paling kalo ada yang protes tinggal bilang, "maaf ya kemaren Anda ga dapet bagian.." itupun karena yang protes bukan mau menegakkan kebenaran tapi mau cari duit juga.

ya begitulah fenomena "maaf" di negara kita... sekedar basa-basi, sopan santun dan penyelamat dari hukuman. Kata sakti ini memang bisa meluluhkan hati beberapa orang dengan sangat mudahnya. Hanya sebuah ungkapan penyesalan tanpa itikad baik untuk memperbaiki diri. yaaa.. begitulah.. ironis kan?!? yaa.. mau apa lagi?!?! Maaf deh kalo gitu:)


No comments: